Logo

GAUL’S Sunter: Saat Saya Sadar, Pilah Sampah Bisa Jadi Awal Perubahan Besar

20 Juli 2025

Jakarta, 20 Juli 2025 – Saya tidak menyangka, memilah sampah bisa membuat saya merasa punya andil dalam mengubah arah bangsa. Hari ini, di tepian Danau Sunter yang ramai dengan semangat muda, saya merasakannya sendiri. Bersama lebih dari seribu orang, saya ikut serta dalam GAUL’S 2025 – Gerakan Aksi untuk Lingkungan dan Solusi Sampah, yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) bertepatan dengan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.

Saya datang sebagai anggota Pramuka Saka Kalpataru dari Kwartir Cabang Jakarta Utara. Di lapangan, saya bertemu banyak wajah muda lain dari sekolah Adiwiyata, Karang Taruna, petugas kebersihan, dan masyarakat umum. Semua berkumpul karena satu hal: ingin berbuat sesuatu untuk bumi, dimulai dari hal sederhana—memilah sampah.

Suasana pagi itu semarak. Ada senam bersama, pembagian tong sampah pilah dan alat biopori, serta edukasi lingkungan langsung dari para fasilitator. Tapi yang paling membekas bagi saya adalah saat kami mendengarkan arahan dari Inspektur Utama KLH/BPLH, Winarto, yang hadir mewakili Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH.

“Kalian bukan sekadar penerus, tapi pemimpin dalam perubahan,” kata beliau.

Kalimat itu menghentak saya. Rasanya seperti diberikan tanggung jawab yang besar—dan sekaligus kepercayaan. Dalam momen simbolis, saya bersama lima perwakilan lainnya dari kecamatan di Jakarta Utara menerima selempang Saka Kalpataru, sebagai tanda bahwa kami bukan hanya peserta, tapi penggerak perubahan di lingkungan masing-masing.

Kegiatan GAUL’S juga mengenalkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang nyaris terlupakan. Nilai “gotong royong” dan prinsip “bersih itu sehat” yang hidup dalam budaya Betawi ternyata sejalan sekali dengan semangat Pramuka. Menjaga lingkungan bukan sekadar tugas, tapi bentuk pengabdian kami sebagai bagian dari masyarakat.

Saya menyadari, GAUL’S bukanlah acara sesaat. Ini adalah awal dari gerakan sosial yang bisa mengubah gaya hidup kota seperti Jakarta, bahkan Indonesia. Pengelolaan sampah memang tantangan besar, tapi jika semangat seperti ini terus digerakkan, saya yakin akan lahir perubahan jangka panjang yang nyata. Perubahan yang lahir dari bawah, dari komunitas, dari kami—generasi muda.

Sebagai penutup kegiatan, kami mengunjungi Proklim Lestari RW 01 di Sunter Jaya, sebuah kawasan yang berhasil memadukan berbagai inisiatif ramah lingkungan. Saya kagum melihat bagaimana warga di sana mengelola kompos, mendirikan bank sampah, bahkan mengolah limbah menjadi material bangunan ramah lingkungan. Di tempat itu, saya benar-benar melihat bahwa perubahan itu nyata—dan dimulai dari komunitas.

Bagi saya, pengalaman hari ini bukan sekadar ikut acara. Ini adalah titik awal komitmen jangka panjang untuk terus menjaga bumi, mulai dari rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Karena saya percaya: perubahan besar tidak selalu dimulai dari kebijakan besar. Kadang, ia tumbuh dari langkah kecil, dilakukan oleh orang biasa, dengan hati yang luar biasa.

 

Galeri Foto

Additional image
Additional image
Additional image
Additional image