Logo

Langit Biru untuk Jabodetabek: Menteri LH Usung Kolaborasi dalam Forum GAGAS RI

20 Juni 2025

Jakarta, 20 Juni 2025 — Suara batuk yang semakin sering terdengar di pagi hari, langit yang tampak muram hampir setiap waktu, serta angka indeks kualitas udara yang terus melesat ke kategori tidak sehat menjadi potret keseharian warga Jabodetabek. Di tengah kondisi ini, sebuah panggung dialog nasional hadir membawa harapan. Forum GAGAS RI edisi ke-14 yang digelar Kompas TV menampilkan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, untuk berbicara langsung kepada publik tentang arah dan strategi penanganan polusi udara di kawasan paling padat di Indonesia ini.

Forum yang digelar dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025 tersebut mengangkat judul “Solusi untuk Polusi”. Selama dua jam, acara ini menjadi ruang terbuka antara pemerintah, pakar lingkungan, akademisi, mahasiswa, hingga masyarakat umum untuk berdialog, menyampaikan keluhan, dan mencari solusi nyata terhadap persoalan kualitas udara yang semakin genting.

Di hadapan peserta forum dan pemirsa yang menyaksikan melalui siaran langsung Kompas TV, Menteri Hanif menjelaskan serangkaian langkah konkret yang tengah dijalankan pemerintah. Ia menekankan bahwa strategi penanganan tidak cukup hanya melalui regulasi, tetapi juga harus menyentuh sektor-sektor strategis seperti industri, transportasi, serta partisipasi masyarakat.

“Dalam 3–4 bulan ke depan, kami menargetkan penurunan konsentrasi PM2.5 sebesar 15–20% melalui implementasi kebijakan yang sudah ditetapkan. Target ini sejalan dengan komitmen nasional untuk mencapai standar kualitas udara yang lebih baik sesuai dengan pedoman WHO,” ujar Menteri Hanif.

Pemerintah, katanya, telah memperketat baku mutu emisi industri, meningkatkan pemantauan emisi kendaraan bermotor, serta mempercepat transformasi transportasi publik menuju moda rendah emisi. Seluruh upaya tersebut dirancang tidak hanya untuk menjawab darurat udara bersih di Jabodetabek, tetapi juga sebagai komitmen jangka panjang menuju lingkungan perkotaan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Menteri Hanif, menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif menjadi kunci keberhasilan.

“Penanganan polusi udara bukan hanya tanggung jawab satu kementerian, tetapi memerlukan sinergi dengan pemerintah daerah, sektor swasta, dan partisipasi aktif masyarakat,” tegasnya. Menurut Menteri Hanif, masalah lingkungan tak bisa diselesaikan secara sektoral—ia memerlukan koordinasi lintas batas, kepemimpinan yang responsif, dan gerakan bersama.

Dialog berlangsung hangat dan penuh dinamika. Berbagai pertanyaan disampaikan oleh peserta forum, mulai dari kekhawatiran terhadap dampak polusi terhadap kesehatan anak-anak, lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggar lingkungan, hingga tantangan membangun sistem energi bersih di wilayah Jabodetabek. Menteri Hanif menjawab semuanya dengan terbuka dan lugas, menunjukkan komitmen pemerintah terhadap transparansi dan akuntabilitas.

“Kami berkomitmen untuk transparansi dalam melaporkan progress pencapaian target ini kepada publik secara berkala,” katanya di tengah sesi diskusi. Menteri Hanif juga menambahkan bahwa kepercayaan publik menjadi fondasi utama bagi keberhasilan program lingkungan jangka panjang, terutama dalam menghadapi krisis udara yang bersifat lintas sektoral dan multidimensi.

Selain menjabarkan kebijakan teknis, Menteri Hanif juga menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam mengubah gaya hidup sehari-hari yang lebih ramah lingkungan.

“Penanganan polusi tidak cukup hanya dengan regulasi. Diperlukan perubahan gaya hidup: gunakan transportasi publik, tanam pohon, dan kurangi emisi rumah tangga,” ujarnya.

Di akhir forum, Menteri Hanif menyampaikan keyakinannya bahwa perbaikan kualitas udara Jabodetabek bukanlah hal yang mustahil. Kolaborasi dan koordinasi yang tepat dengan komitmen bersama, tantangan ini dapat kita perbaki kualitas udara yang signifikan untuk kesehatan dan kenyamanan seluruh masyarakat Jabodetabek,” katanya optimistis, disambut tepuk tangan para peserta forum.

Forum Gagas RI edisi kali ini menegaskan pentingnya ruang dialog publik dalam proses penyusunan kebijakan lingkungan. KLH/BPLH memastikan seluruh masukan dari forum ini akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam penyempurnaan strategi penanganan polusi udara. Dengan membuka ruang diskusi yang solutif dan partisipatif, publik tidak hanya menjadi penonton dalam isu lingkungan, tetapi turut menjadi bagian dari solusi.

Apa yang diangkat dalam forum ini bukan sekadar wacana. Ini adalah refleksi dari arah baru dalam pengelolaan isu lingkungan di Indonesia: terbuka, kolaboratif, dan berbasis data. Pemerintah berjanji akan melaporkan progres secara berkala kepada publik sebagai bentuk akuntabilitas. Harapannya, seluruh elemen masyarakat bergerak serentak menuju satu tujuan bersama: mengembalikan langit biru Jabodetabek.

Karena pada akhirnya, udara bersih bukan sekadar cita-cita. Ia adalah hak dasar setiap manusia—dan tanggung jawab kita semua untuk mewujudkannya.

Galeri Foto

Additional image
Additional image
Additional image
Additional image