Malang - Dalam rangka Pekan Orientasi Pendidikan dan Kemahasiswaan (Ordik) Mahasiswa Baru Pascasarjana Tahun Akademik 2025/2026, Universitas Brawijaya menggelar kegiatan bertema "Membangun Intelektual Pascasarjana yang Profesional, Berintegritas, dan Visioner Menuju Indonesia Emas 2045." Acara ini berlangsung pada Senin (18/08/2025) di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya.
Pada kegiatan tersebut, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memberikan kuliah terbuka di hadapan 2.555 mahasiswa baru Program Pascasarjana.
Turut mendampingi dalam acara ini adalah Deputi Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Ade Palguna; Deputi Tata Lingkungan dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan, Sigit Reliantoro; Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkuler, Agus Rusli; Direktur Pemulihan Lahan Terkontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 dan Non-B3, Vinda Damayanti; Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Penanganan Sampah, Melda Mardalina; serta Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup (Pusdal LH) Jawa, Eduward Hutapea.
Dalam sambutannya, Menteri Hanif menyampaikan bahwa Indonesia saat ini tengah menapaki perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, yang menandai 100 tahun kemerdekaan dan menargetkan negara ini menjadi salah satu dari lima kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Untuk mencapai visi tersebut, kualitas sumber daya manusia, terutama kalangan intelektual pascasarjana, menjadi fondasi yang tak tergantikan.
"Pascasarjana harus profesional di bidangnya, memiliki integritas yang kuat dalam menjunjung etika, dan memiliki visi yang jauh ke depan dalam menghadapi dinamika global yang kian kompleks," tegas Hanif.
Namun, jalan menuju Indonesia Emas tidaklah mudah. Hanif menjelaskan bahwa saat ini kita menghadapi kondisi yang disebut "polycrisis"—krisis berlapis yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Kondisi ini tidak hanya memperlambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga menimbulkan risiko baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Hanif menegaskan, membangun intelektual pascasarjana yang tangguh dan adaptif adalah strategi utama agar Indonesia mampu menavigasi era penuh ketidakpastian ini.
Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo menyampaikan bahwa mahasiswa pascasarjana merupakan parameter utama pertumbuhan suatu negara. Data menunjukkan bahwa negara maju biasanya memiliki 9-10 persen penduduk yang menempuh pendidikan pascasarjana. Sebaliknya, negara tetangga seperti Vietnam hanya sekitar 2,4 persen, Thailand 2,5 persen, dan Indonesia baru sekitar 0,5 persen.
"Negara maju pasti ditopang oleh SDM yang berkualitas. Tidak ada negara yang maju hanya karena sumber daya alamnya, melainkan karena SDM yang unggul. SDA hanyalah pendukung, sedangkan kunci utamanya adalah sumber daya manusia yang berkualitas," ujar Widodo.
Selain kegiatan akademik, Menteri Hanif juga menghadiri rapat koordinasi bersama Walikota Malang, Walikota Batu, dan Bupati Malang dalam hal pengelolaan sampah energi listrik (PSEL), di Hotel Grand Mercure, Malang.
Usai rapat, Menteri Hanif melakukan kunjungan ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Talang Agung, Kabupaten Malang, untuk meninjau langsung pengelolaan sampah di sana. (Penulis: Yus Ade/Pusdal LH Jawa; Editor: YFW)