Logo

Anak Sehat, Bumi Lestari: Kolaborasi MBG dan KLH di Banjarbaru

05 September 2025

Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 5 September 2025 — Senyum anak-anak di SDN 2 Loktabat Selatan dan SMPN 2 Banjarbaru menyambut program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan antusias. Setiap piring yang tersaji bukan sekadar makanan, tetapi simbol investasi bangsa untuk masa depan. Program yang diinisiasi pemerintah melalui Badan Gizi Nasional ini dirancang untuk menekan angka malnutrisi dan stunting, sekaligus menyiapkan generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam kunjungan lapangan pada 1–2 September 2025, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah, Hanifah Dwi Nirwana, meninjau langsung pelaksanaan program di Banjarbaru. Dari sekolah dasar hingga menengah pertama, serta dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Hanifah “memotret” kenyataan di balik suksesnya distribusi ribuan porsi makanan bergizi setiap harinya.

Namun, di balik piring-piring bergizi itu, persoalan lingkungan khususnya pengelolaan sampah harus menjadi fokus. Sampah sisa makanan diangkut ke Tempat Pengelolaan Sementara tanpa pemilahan, sementara air limbah dari dapur SPPG belum melewati uji kualitas sebelum dibuang ke badan air. Meski sudah tersedia Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), sistemnya masih sederhana dan berpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan. Selain itu, limbah minyak bekas memasak juga menjadi problem. Meski di dapur yang dikunjungi kebetulan sudah ada pihak yang mengambil minyak jelantah, persoalan ini tetap harus menjadi perhatian bersama.

Hanifah menekankan pentingnya langkah cepat untuk mengintegrasikan gizi dan kepedulian lingkungan.

“Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar untuk menyiapkan generasi emas. Namun, keberhasilan program ini harus berjalan seiring dengan kepedulian lingkungan. Karena itu, kami mendorong sekolah dan dapur SPPG mulai memilah sampah sejak dari sumbernya serta memastikan limbah cair diolah dengan benar. Dengan pengelolaan sederhana yang konsisten, kita bisa menjaga anak-anak tetap sehat sekaligus mewariskan bumi yang lestari,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) berkomitmen memberikan pendampingan teknis. Fokus utamanya adalah membantu sekolah dan dapur SPPG dalam mengolah sampah organik —bukan lagi hanya pakan ternak, karena kebutuhan itu sudah dipenuhi sendiri oleh masyarakat—dan menyiapkan kajian desain IPAL sederhana sesuai kebutuhan lokal agar limbah cair lebih aman sebelum masuk ke lingkungan. Sampah organik tersebut akan diproses menjadi kompos antara lain menggunakan Lodong Sisa Dapur (Losida) atau dengan Teba Modern.

Losida adalah sistem pengelolaan sampah organik rumah tangga yang menggunakan wadah pipa pralon atau tong yang ditanam atau ditempatkan untuk mengolah limbah sisa makanan dan dapur menjadi kompos dan pupuk organik. Sedangkan Teba modern—sistem modernisasi dari tradisi teba di Bali, berfungsi sebagai lubang pengomposan besar untuk mengelola sampah organik secara mandiri, mengubahnya menjadi kompos untuk menyuburkan tanahyang lebih mudah dan sederhana.

Lebih jauh, program MBG di Banjarbaru juga membuka jalan bagi penerapan sirkular ekonomi. Limbah yang dihasilkan tidak sekadar dibuang, tetapi bisa kembali menjadi sumber daya bermanfaat, seperti kompos dari sisa organik maupun minyak jelantah yang dimanfaatkan pihak ketiga. Dengan begitu, MBG bukan hanya tentang makanan bergizi, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem keberlanjutan yang memberi nilai tambah bagi masyarakat.

Pesan besar dari program ini juga ditegaskan oleh Menteri LH/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq yang menyatakan “Makanan bergizi bukan hanya bekal bagi anak-anak kita, tapi juga amanah untuk bumi tempat mereka tumbuh.”

Menteri Hanif mengajak kita semua, “Sekolah, dapur penyedia, masyarakat, hingga pemerintah daerah—mulai mengelola sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dari lokasi masing-masing. Dengan begitu, kita bukan hanya menyiapkan generasi emas yang sehat, tetapi juga mengurangi sampah yang menumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan menjaga lingkungan tetap lestari.”

Program nasional ini memberi harapan besar, namun keberhasilannya tidak bisa hanya ditopang pemerintah. Diperlukan peran aktif sekolah, pengelola dapur, masyarakat, dan semua pihak yang terlibat. Kini saatnya kita bergerak bersama mendukung Makan Bergizi Gratis bukan hanya sebagai program gizi, tetapi juga sebagai gerakan menjaga lingkungan. Karena sejatinya, makanan sehat untuk anak-anak harus berjalan beriringan dengan menjaga lingkungan yang baik dan sehat tetap lestari.

Makanan bergizi untuk masa depan generasi, lingkungan sehat untuk kehidupan yang lebih baik.
 

Galeri Foto

Additional image
Additional image
Additional image
Additional image
Additional image