Logo

Biochar dan AWD: Inovasi Ramah Lingkungan untuk Sawah Indonesia yang Lebih Hijau

14 Agustus 2025

Di tengah ancaman perubahan iklim, sawah di Indonesia menyimpan potensi besar bukan hanya sebagai lumbung pangan, tetapi juga sebagai benteng penyerapan karbon. Salah satu terobosan yang kini mulai dilirik adalah perpaduan biochar dengan metode Alternative Wetting and Drying (AWD)—sebuah pendekatan yang menjanjikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus meningkatkan kualitas tanah.

Mengenal Biochar: Arang Penjaga Bumi

Biochar adalah bentuk arang kaya karbon yang dihasilkan dari bahan organik seperti kayu, jerami, atau daun, melalui proses pirolisis—pemanasan dalam kondisi minim oksigen. Proses ini bukan sekadar membakar; ia mengurai bahan organik menjadi biochar, bio-oil, dan syngas, dengan jejak karbon negatif. Artinya, lebih banyak karbon yang dikunci di dalam tanah daripada yang dilepaskan ke udara.

Dalam sistem produksinya, syngas yang dihasilkan digunakan kembali untuk mempertahankan panas, sehingga tak perlu tambahan bahan bakar fosil. Hasilnya, sebuah siklus produksi bersih yang tak hanya menghemat energi, tapi juga memulihkan kesuburan tanah secara alami. Pupuk Biochar telah diaplikasikan pada budidaya pertanian, perkebunan, kelapa sawit, budidaya cabai dan lain lain. 

AWD: Mengatur Air, Menyelamatkan Atmosfer

Di lahan padi konvensional, air biasanya dibiarkan menggenang terus-menerus. Metode AWD dengan penggunaan biochar memecah pola itu dengan mengganti periode tergenang dan kering secara bergantian. Hasilnya, pemakaian air lebih hemat, dan emisi metana—gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dari CO₂—turun drastis.

Ketika biochar dipadukan dengan AWD, dampaknya semakin signifikan. Data menunjukkan bahwa kombinasi ini mampu memangkas emisi metana dari sawah hingga 67%, dan mengurangi emisi nitrous oxide (N2O) hingga 59% dibanding metode konvensional.

Kontribusi pada Proyek Karbon Nasional

Inovasi ini tidak hanya relevan untuk petani, tapi juga untuk pencapaian target iklim nasional. Dalam kerangka Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan skema REDD+, penggunaan biochar dan AWD dapat menjadi metodologi baru dalam menghitung dan mengakui pengurangan emisi berbasis lahan.

Diskusi terbaru yang digelar di Solo pada 22 April 2025 oleh Kementerian Lingkungan Hidup bersama Asosiasi Biochar Indonesia Internasional menegaskan, sinergi ini adalah langkah konkret menuju pertanian yang lebih hijau. Tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kualitas tanah—modal penting untuk menjaga ketahanan pangan di tengah iklim yang kian tak menentu.

Sawah-sawah Indonesia telah menjadi saksi peradaban selama berabad-abad. Kini, dengan sentuhan teknologi tepat guna seperti biochar dan AWD, kita bisa menjadikannya bagian dari solusi global. Dari lumpur sawah yang subur, lahirlah bukan hanya butir padi, tapi juga harapan bahwa manusia dan alam dapat kembali berjalan selaras.

Jakarta, 14 Agustus 2025

Oleh: Saiful Lathif, M.Si (Pranata Humas Ahli Muda pada Direktorat IGRK MPV)

Editor: Yulianti Fajar Wulandari

Galeri Foto

Additional image
Additional image