Logo

Karnaval HUT RI ke-80: Dari Semarak Kemerdekaan hingga Pesan Lestari untuk Indonesia Maju

17 Agustus 2025

 

Jakarta, 17 Agustus 2025 – Jakarta malam itu penuh warna. Lampu-lampu kota berpadu dengan keriuhan Pesta Rakyat memperingati 80 tahun Indonesia merdeka. Namun di tengah karnaval panjang yang mengalir dari Silang Monas hingga Bundaran Hotel Indonesia, satu mobil hias mencuri perhatian publik: mobil karnaval Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH-BPLH) bersama Kementerian Kehutanan.

Mobil tersebut hadir bukan sekadar karya seni, melainkan simbol perjuangan menghadapi triple planetary crisis—perubahan iklim, pencemaran, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Ornamen hutan tropis yang rimbun, dihiasi warna-warni lampu, hingga harimau Sumatera yang gagah ditata dengan detail artistik. Dari atas mobil menjulang simbol bumi, seolah mengingatkan bahwa menjaga lingkungan adalah menjaga masa depan bangsa.

“Pesannya jelas, kelola lingkungan dan hutan secara berkelanjutan demi pangan, air, energi, dan masa depan negeri,” jelas pembawa acara, Desmona Chandra yang dari pengeras suara, disambut sorak tepuk tangan penonton.

Seorang ibu di tepi jalan bahkan sempat berujar polos sambil tersenyum, “Bagus banget, bagus banget. Paling bentuk-bentuknya ya, kayak gini,” cerita Ria, salah satu  pengunjung sambil menunjuk gajah besar di sisi mobil. Momen sederhana itu menyiratkan bahwa edukasi lingkungan dapat hadir lewat medium hiburan rakyat, menyentuh hati siapa pun tanpa sekat.

Mobil hias ini tidak hanya berbicara lewat hiasan. Ia benar-benar membawa komitmen ramah lingkungan: kendaraan telah diuji emisi dan dinyatakan lulus, sehingga tidak menambah pencemaran udara ibu kota. Pesan pelestarian lingkungan pun hadir bukan hanya dalam simbol, tetapi juga dalam praktik nyata. Di samping mobil, maskot Gote—Guardian of the Tree and Earth—muncul dengan rambut hijau menyerupai kanopi hutan dan tubuh yang dibalut sulur. Ia melambai ramah kepada penonton, menjadi personifikasi harapan bahwa hutan, air, dan energi terbarukan bisa tetap terjaga.

Atmosfer semakin meriah ketika Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni berdiri dari atas mobil, melambaikan tangan dan menyerukan yel-yel bersama ribuan penonton.

“Kita jaga lingkungan, lestarikan hutan!” seruan itu menggema di Bundaran HI, menyatu dengan semangat merah putih kemerdekaan.

Wakil Menteri Diaz Faisal Malik Hendropriyono dan Sulaeman Umar Siddiq ikut bergabung, menegaskan sinergi pemerintah dalam menjaga bumi Nusantara. Karnaval ini juga menjadi panggung bagi dialog interaktif. Para menteri menjawab pertanyaan seputar hutan, satwa, dan keanekaragaman hayati, dari jumlah taman nasional di Indonesia hingga manfaat menjaga hutan bagi ketahanan pangan dan kesehatan. 
Semua dijelaskan dengan bahasa sederhana, seolah ingin memastikan bahwa isu lingkungan bukan lagi wacana elitis, melainkan pengetahuan publik yang bisa dipahami semua orang.

Tidak hanya pimpinan kedua kementerian, wajah-wajah muda pun turut menguatkan narasi hijau malam itu. Jerhemy Owen, seorang pemuda yang telah menanam 10 ribu pohon di berbagai daerah, tampil sebagai inspirasi nyata bahwa kepedulian tidak menunggu usia atau jabatan.

“Menanam pohon bukan sekadar simbol, tapi cara saya memastikan ada oksigen dan harapan bagi generasi berikutnya,” ujar Jerhemy penuh semangat.

Di sisi lain, Meiliza Xaviera, Puteri Indonesia Lingkungan 2025, tampil anggun sekaligus lantang. Ia mengingatkan bahwa perempuan muda memiliki peran penting dalam menggaungkan gaya hidup berkelanjutan.

“Setiap langkah kecil, dari mengurangi sampah plastik hingga kampanye di media sosial, bisa memberi dampak besar bila dilakukan bersama,” tegas Meiliza.

Kehadiran mereka menegaskan bahwa pelestarian lingkungan adalah lintas generasi—dari pejabat, akademisi, hingga anak muda kreatif—semua bergerak dalam satu barisan.

Di momen sakral 80 tahun kemerdekaan, karnaval ini menegaskan bahwa Indonesia Maju tidak bisa dilepaskan dari Indonesia Lestari. Hutan, laut, udara, dan keanekaragaman hayati adalah fondasi bagi pangan, energi, dan kesehatan bangsa. Karnaval bukan sekadar pesta hiburan, melainkan ruang refleksi kolektif. Dari tawa anak kecil yang menunjuk maskot Gote, hingga teriakan kompak “Jaga Lingkungan, Lestarikan hutan!”, semua bersatu dalam satu kesadaran: merdeka tidak cukup hanya dari penjajahan, tetapi juga dari ancaman krisis planet.

Perayaan HUT RI ke-80 ini akhirnya menjadi perayaan yang lebih dari sekadar kemeriahan. Perayaan ini menjadi panggung persatuan, pendidikan, sekaligus seruan untuk bergerak bersama. Karena lingkungan yang lestari adalah warisan terbaik bagi Indonesia Emas 2045.

Penulis: Romi Setiawan

Galeri Foto

Additional image
Additional image
Additional image
Additional image