SIARAN PERS
Nomor: SR.240/HUMAS/KLH-BPLH/9/2025
Bandung, 23 September 2025 — Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kini menghadirkan manfaat ganda: memenuhi gizi anak-anak sekaligus membangun budaya ramah lingkungan. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Lanud Husein Sastranegara Bandung menjadi teladan dengan mengolah sisa makanan dapur menjadi pupuk, serta memperkuat sistem kebersihan melalui instalasi pengolahan limbah.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH)/Wakil Kepala BPLH, Diaz Hendropriyono, menegaskan bahwa pengelolaan sampah harus menjadi bagian penting dari program MBG. “TPA Sarimukti akan kelebihan kapasitas pada 2026. Kalau tidak ada solusi, sampah akan menumpuk dan berpotensi merusak lingkungan. Karena itu, pengelolaan sampah dari dapur SPPG harus menjadi bagian penting dari program ini,” tegasnya saat meninjau dapur SPPG bersama Walikota Bandung, Muhammad Farhan.
Dapur SPPG III & IV di kompleks Lanud Husein Sastranegara setiap hari memasak hampir 8.000 porsi makanan bergizi bagi siswa sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui. Namun aktivitas vital ini juga menghasilkan rata-rata 10 kilogram sampah organik per hari. Menurut Diaz, potensi sampah ini besar bila dikelola dengan benar. “Sampah makanan jangan dibiarkan menumpuk di TPA karena akan menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 38 kali lebih berbahaya dari karbon dioksida. Dengan teknologi yang tepat, sampah justru bisa memberi manfaat,” jelasnya.
Sebagai langkah nyata, Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH menyerahkan 2 (dua) unit komposter berkapasitas 30–50 kilogram kepada dapur SPPG Bandung. Alat ini mampu mengolah sampah organik menjadi kompos padat maupun pupuk cair. Diaz juga menekankan pentingnya pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar air buangan dapur tidak mencemari lingkungan.
Walikota Bandung menyambut baik inisiatif tersebut dan menegaskan kesiapan Pemkot berkolaborasi. “Krisis sampah di Bandung Raya memang nyata. Kita tidak bisa bekerja sendiri, harus bersama-sama dengan pemerintah pusat, BGN, dan masyarakat. Pengelolaan sampah di dapur SPPG ini bisa menjadi contoh bagi pengelolaan sampah skala rumah tangga,” kata Farhan.
Dalam kunjungannya, Diaz juga meninjau langsung proses pengolahan bahan makanan, standar kebersihan, distribusi menu sehat, serta sistem pemilahan sampah. Ia mengingatkan pentingnya disiplin dari sumber. “Kalau plastik tercampur dengan sisa makanan, kompos jadi rusak dan air lindi jadi berbahaya. Maka kita harus mulai dari hal kecil: pisahkan organik dan anorganik, habiskan makanan, dan kurangi penggunaan plastik sekali pakai,” pesannya.
SPPG Bandung kini menjadi model nyata integrasi gizi, kesehatan, dan lingkungan hidup. Kehadiran komposter dan IPAL tidak hanya mendukung penyediaan makanan sehat, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis di kalangan penerima manfaat.
Wamen LH menegaskan komitmen KLH/BPLH untuk mendampingi teknis pengelolaan limbah dapur SPPG, dari pemilahan organik dan anorganik hingga optimalisasi pengoperasian IPAL. “Anak-anak kita tidak hanya tumbuh sehat karena makanan bergizi, tapi juga belajar hidup bersih dan peduli lingkungan. Kalau kita bisa memadukan gizi dengan kelestarian alam, maka kita menyiapkan generasi yang kuat sekaligus menjaga keberlangsungan bumi,” pungkasnya.
Penanggung Jawab: | |
Kepala Biro Hubungan Masyarakat | |
Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup | |
Yulia Suryanti | |
Telepon | : +62 811-9434-142 |
Website | : kemenlh.go.id |
: humas@kemenlh.go.id | |
: kemenlh_bplh | |
Youtube | : KLH-BPLH |
TikTok | : Kemenlh_BPLH |
X | : KemenLH_BPLH |