Logo

World Cleanup Day 2025: Gotong Royong Menjaga Bumi, Menuju Indonesia Bebas Sampah

21 September 2025

Pada pertengahan September, bumi seperti menarik napas bersama. Di banyak kota dan desa, orang-orang turun ke jalan, sungai, pesisir pantai, hingga ke pegunungan, menunduk memungut sampah yang berserakan. Mereka datang dari latar belakang berbeda—anak sekolah, nelayan, pekerja kantoran, hingga komunitas seni—namun dipersatukan oleh satu kesadaran: bumi tak akan bersih tanpa uluran tangan manusia.

World Cleanup Day (WCD) bukan sekadar aksi bersih-bersih. Ia lahir dari gerakan warga di Estonia, Let’s Do It! yang pada 2008 berhasil mengajak ribuan orang memungut sampah secara serentak. Semangat yang berawal dari negara kecil di Baltik itu kini merambat ke lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia, dan sejak 2018 diperingati setiap tahun sebagai simbol solidaritas global melawan krisis sampah.

Tahun 2025 ini, dunia mengusung tema Tackling Textile and Fashion Waste Through Circular Fashion—menggugah kesadaran akan tumpukan limbah tekstil dan dampak industri mode terhadap lingkungan. Indonesia, dengan visi Menuju Indonesia Bersih 2029,” menjadikannya momentum memperkuat gerakan menuju negeri yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Dari Hilir ke Hulu: Menata Ulang Cara Pandang terhadap Sampah

Bertahun-tahun, penanganan sampah di Indonesia lebih banyak berhenti di hilir: diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) seperti Bantar Gebang, yang setiap hari menampung ribuan ton sampah. Namun gunungan itu terus meninggi, menjadi simbol bahwa kita kerap terlambat mengendalikan sumber masalah di hulu.

Kini, paradigma baru coba ditanamkan: sampah sebaiknya diatasi sebelum lahir. Pilihan sederhana—mengurangi plastik sekali pakai, memilah sampah organik untuk kompos, atau memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan—adalah kunci mengurangi timbulan sampah. Prinsip ekonomi sirkular mendorong agar barang dipakai kembali atau didaur ulang, bukan langsung berakhir di TPA.

WCD menjadi pengingat bahwa setiap bungkus plastik yang kita beli, setiap sisa makanan yang kita buang, meninggalkan jejak pada bumi. Menyelesaikan persoalan sampah bukan hanya urusan teknis, melainkan urusan kesadaran bersama.

Aksi Nyata di Rumah, Sekolah, dan Komunitas

Indonesia masih berhadapan dengan sampah plastik yang mengotori sungai, menyesaki pesisir, hingga ditemukan di perut ikan dan penyu yang terdampar. Namun perubahan selalu dimulai dari langkah kecil.

Membawa botol minum sendiri, menggunakan tas belanja kain, atau mengomposkan sisa dapur adalah tindakan sederhana yang jika dilakukan jutaan orang akan memberi dampak besar. Bank sampah di kampung-kampung, gerakan memilah sampah di sekolah, hingga pasar yang mengurangi plastik sekali pakai adalah contoh nyata gotong royong lingkungan yang terus tumbuh.

WCD 2025 menegaskan bahwa menjaga bumi tidak bisa menunggu satu hari aksi bersih-bersih. Ia harus menjadi gaya hidup.

Gotong Royong untuk Masa Depan Bersih

Dalam budaya kita, gotong royong bukan sekadar slogan. Ia adalah cara hidup yang menyatukan masyarakat dalam kerja bersama. Spirit itu kini kembali dihidupkan untuk bumi: ketika tetangga saling mengingatkan memilah sampah, kantor menyediakan titik pengumpulan daur ulang, dan pemerintah menyiapkan regulasi yang mendorong ekonomi sirkular.

Jika kebiasaan kecil itu terus dilakukan, target Indonesia Bebas Sampah bukan lagi angan. Dari rumah tangga ke kota, dari pesisir ke pegunungan, langkah-langkah kecil itu merangkai harapan besar bagi bumi yang lebih sehat.

World Cleanup Day 2025 mengingatkan kita bahwa menjaga kebersihan dan kelestarian bumi adalah tugas yang diwariskan lintas generasi—tugas yang hanya dapat dituntaskan jika setiap orang merasa memiliki peran.

Jakarta, 21 September 2025

Penulis: Yustinus Ade Stirman, Penyuluh Lingkungan Hidup pada Pusdal LH Jawa

Galeri Foto

Additional image
Additional image