Jakarta, 24 Juni 2025 — Pernahkah kita bertanya, seberapa mahal harga yang harus dibayar Bumi demi tampil cantik? Di tengah ledakan tren kecantikan dan gaya hidup glamor, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) hadir sebagai suara nurani, mengajak perempuan Indonesia untuk tampil memukau tanpa meninggalkan jejak kerusakan lingkungan.
Masih dalam rangkaian HLH 2025 Expo dan Forum, KLH/BPLH meluncurkan kampanye inspiratif bertajuk “Bijak Memilih Kosmetik dan Produk Perawatan Tubuh Tanpa Plastik”. Kampanye ini tidak hanya menyuarakan kecantikan luar, tetapi juga mendalami esensi tanggung jawab terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Linda Ratna Nirmala, selaku pembina Dharma Wanita Persatuan KLH/BPLH dan sekaloigus istri Wakil Menteri Lingkungan Hidup, membuka acara dengan pesan yang menekankan pentingnya mengenali produk kecantikan yang aman bagi tubuh sekaligus ramah bagi lingkungan, mulai dari membaca label hingga menghindari bahan berbahaya.
“Perempuan bukan hanya pengguna kosmetik, tetapi juga penggerak perubahan gaya hidup di keluarga dan masyarakat. Pilihan yang kita buat hari ini, menentukan kualitas hidup generasi mendatang,” ujar Linda.
Sebagai salah pembicara Direktur Mitigasi Perubahan Iklim, Haruki Agustina, menekankan bahwa perempuan harus bijak dalam memilih kosmetik. Dalam paparannya, Haruki Agustina memaparkan bahwa di balik kilauan kemasan kosmetik terdapat ancaman nyata: limbah plastik yang mencemari tanah, sungai, dan laut. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) hingga Maret 2025, Indonesia memproduksi 57,9 juta ton sampah pada 2024—hampir 20 persen di antaranya adalah plastik, dengan produk kosmetik dan personal care menjadi salah satu kontributor utamanya.
“Wanita ditakdirkan menjadi cantik, cantik dari dalam atau inner beauty dan cantik dalam sikap. Sikap ini yang membuat kita berbeda dan bijak memilah jenis kosmetik yang tidak membahayakan diri dan lingkungan,” tegas Haruki.
Lebih dari sekadar kemasan, kandungan zat berbahaya seperti merkuri dan hydroquinone juga menjadi sorotan. Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia ini dapat memicu gangguan hormonal, kerusakan organ, bahkan risiko kanker. Tak hanya itu, produk aerosol seperti parfum dan semprot rambut juga menyumbang emisi gas rumah kaca dan perusak ozon, mempercepat laju perubahan iklim.
Tren “fast beauty” atau produksi kosmetik massal yang cepat dan boros sumber daya kini menjadi tantangan baru. KLH/BPLH tidak tinggal diam. Melalui kampanye edukatif, regulasi yang diperkuat, serta pengawasan distribusi produk, KLH/BPLH terus menanamkan pentingnya kecantikan yang selaras dengan kelestarian alam. Masyarakat diajak mengenali label produk, mendukung merek dengan komitmen lingkungan, serta mulai memilah dan mengelola sampah dari rumah—termasuk memanfaatkan bank sampah.
Komitmen KLH/BPLH juga terwujud dalam keterlibatan aktif Indonesia dalam Konvensi Minamata, Konvensi Stockholm, dan Protokol Montreal, yang semuanya bertujuan mengendalikan penggunaan bahan kimia berbahaya dan melindungi lapisan ozon bumi.
Hari Lingkungan Hidup kali ini bukan sekadar seremoni—ini adalah panggilan aksi. Melalui pendekatan yang menyentuh dan edukatif, KLH/BPLH mengajak perempuan Indonesia menjadi duta lingkungan dari meja rias mereka sendiri. Karena cantik sejati bukan hanya tentang penampilan, tapi juga tentang pilihan yang menyelamatkan masa depan.
Penulis: Anton Rumandi
Editor: Romi Setiawan