Bogor, 21 Desember 2025 — Di bawah langit Kecamatan Leuwiliang yang teduh, deretan bibit pohon kini berjejer rapi menghadap aliran hulu Sungai Cisadane. Lebih dari sekadar seremoni, aksi tanam pohon yang melibatkan mahasiswa dan warga lokal ini menjadi pernyataan sikap kolektif untuk memulihkan "paru-paru" wilayah Bogor. Kehadiran Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, bersama mahasiswa dan masyarakat menegaskan bahwa penyelamatan ekosistem hulu adalah prioritas nasional yang tak bisa ditunda demi menjamin keselamatan jutaan jiwa dari hulu hingga hilir.
Dalam kesempatan ini Menteri Hanif menekankan bahwa keberlanjutan lingkungan harus menjadi pijakan utama dalam setiap proses pembangunan. Menurutnya, kesalahan menempatkan prioritas antara ekonomi dan lingkungan justru akan menimbulkan beban yang jauh lebih besar di masa depan.
“Mari kita jadikan lingkungan sebagai panglima. Jika ekonomi didorong ke depan sementara lingkungan diletakkan di belakang, maka biaya yang harus kita tanggung akan jauh lebih mahal,” tegas Menteri Hanif.
Ia menambahkan bahwa komitmen menjaga lingkungan harus dijalankan secara serius dan konsisten, karena tanpa lingkungan yang kuat dan berdaya dukung, pembangunan ekonomi sebesar apa pun akan kehilangan maknanya.
“Kita benar-benar harus mengedepankan lingkungan. Tanpa lingkungan yang sehat, ekonomi yang kita bangun akan sia-sia begitu saja,” ujar Menteri Hanif.
Bagi para mahasiswa, aksi ini merupakan transformasi dari teori kampus menuju bakti nyata bagi Bumi. Duta Kampus IUQI Bogor, Arjuna Pratama, memandang bahwa menanam adalah cara paling jujur untuk mencintai tanah air. Keterlibatan generasi muda ini menjadi krusial, mengingat kawasan hulu Cisadane memiliki peran vital sebagai penyangga hidrologis yang menentukan nasib ketersediaan air dan kendali banjir di masa depan.
“Kegiatan menanam seperti ini sangat penting karena kita harus lebih peka terhadap lingkungan. Dari langkah sederhana ini, kita ikut membantu melestarikan alam agar tetap asri, sehingga Bumi Indonesia tetap terjaga dan lestari,” ujar Arjuna dengan penuh semangat.
Suara optimisme juga datang dari warga asli Leuwiliang yang selama ini hidup berdampingan langsung dengan risiko bencana di bantaran sungai. Astri, salah seorang warga, mengaku merasa lebih tenang dengan adanya penghijauan masif di wilayahnya.
“Apa yang dilakukan hari ini oleh Bapak Menteri, adik-adik mahasiswa, dan warga secara tidak langsung ikut menjaga keselamatan kami dari bahaya bencana alam. Kami sangat senang dan berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut hingga gunung kami hijau kembali,” ungkap Astri penuh harap.
Bagi warga, setiap bibit yang tertanam adalah simbol rasa aman bagi anak cucu mereka kelak.
Pemerintah, melalui KLH/BPLH, memastikan bahwa penghijauan di hulu Cisadane ini bukan sekadar agenda "tanam lalu tinggal". Strategi pemulihan lingkungan ini dirancang sebagai proses panjang yang mencakup pendampingan dan pemeliharaan rutin agar pohon-pohon yang ditanam benar-benar mampu tumbuh menjadi pelindung alam. Kolaborasi lintas generasi antara akademisi, masyarakat sipil, dan pemerintah ini diposisikan sebagai model ideal dalam memitigasi dampak perubahan iklim dan mengembalikan daya dukung lingkungan yang sempat terdegradasi.
Kini, bibit-bibit harapan telah ditanam, namun tugas kita belum usai. Mari kita jaga setiap jengkal pohon yang tumbuh sebagai bentuk investasi nyawa bagi masa depan. Jangan tunggu bencana datang untuk mulai peduli; mulailah menanam hari ini, meski hanya di pekarangan sendiri. Hijaukan bumi, selamatkan kehidupan, karena setiap pohon yang tumbuh adalah napas baru bagi Indonesia!